Thursday, January 27, 2011

berharap dan harapan

hey..selamat malam, sepertinya udah lama gue ga menjamah blog ini.hhm
itu tandanya kondisi hati dan pikiran ga begitu bagus -_-
dan sekarang sudah dikondisi yang kondusif. :)

sesuai judul kali ya, entah kenapa malem-malem gini terlintas diotak gue tentang kata "harap".
satu kata yang mungkin bisa menjadi banyak makna ataupun judul.
contoh : berharap, harapan, bahkan harap-harap cemas.hhmm

apalagi setelah gue baca salah satu artikel tadi, berupa kutipan dari Rosevelt yang intinya :
"Akar dari segala bentuk ketakutan adalah ketidakpercayaan, dan untuk menjadi orang yang bebas dari ketakutan, kita harus bersatu dengan Tuhan"

nah dari situ gue mikir, apa penyebab ketakutan itu? karna gue merupakan salah satu orang yang menurut gue pribadi, memiliki 1001 alesan untuk takut sama hal-hal yang sebetulnya belum tentu terjadi.
contohnya, ketika gue baru mulai deket sama cowo, disaat gue udah "siap tempur" tiba-tiba rasa takut untuk disakiti kesekian kalinya dateng lagi. yang akhirnya gue memilih mundur pelan-pelan. padahal kalo dipikir lagi, semua pikiran itu belum tentu terjadi, karna gue aja belom ngejalanin itu semua.
kalo ditelaah sesuai ungkapan Rosevelt, berarti gue jauh dari Tuhan dong? ngga juga kayaknya..
hhm terus apa??

menurut pendapat gue, si ketakutan itu akan hilang dengan KEYAKIN dengan HARAPAN.
ketika kita udah memiliki suatu keyakinan untuk memenuhi harapan, maka itu akan menjadi kunci motivasi buat hidup.
ketika seseorang telah memiliki keyakinan untuk meraih sesuatu pasti akan membuat orang itu berusaha keras hingga nantinya dibisa mewujudkan harapannya itu.
sadar ga kalo ternyata harapan itu amat sangat besar  pengaruhnya dalam hidup?

gue ambil contoh, ga usah jauh-jauh.
mama gue, punya anak tapi cuma satu bisa jadi berkah sekaligus musibah buat mama.
ketika gue bisa buat bangga sama prestasi ataupun sikap gue, pasti itu merupakan satu hadiah Tuhan yang ga mungkin bernilai dimata mama, tapi apa jadinya kalo gue melakukan hal-hal yang bisa buat dia marah? mungkin karna sikap gue yang ga sesuai maunya mama, pasti mama kecewa. dan ketika seorang ibu hatinya terluka karna sikap anaknya, gue yakin ibu yang baik pasti memohon bantuan Tuhan untuk bisa menjadikan si anak untuk lebih baik.
ketika mama memiliki harapan, disitu dia akan melakukan tindakan.
kalo mama gue, biasanya dia menjabarkan harapan-harapannya dia dari A-Z, bahkan meluapkan kekecewaannya terang-terangan. dan gue sebagai anak, tau diri lah. mendengarkan dan meresapi. pada saat gue mendengar segala keluhan mama disitu gue berpikir dan seolah janji sama diri gue sendiri untuk ga ngecewain mama lagi. dan lama kelamaan sikap yang tadinya negatif lama-lama berubah dan memudar, gue yakin itu semua bersumber dari harapan mama yang besar untuk menjadikan gue anak yang lebih baik lagi.

semakin jauh gue mikir tentang "harap", semakin jauh pula kesimpulan yang gue ambil dari suatu harapan itu.
tanpa gue sadari, ternyata begitu kuatnya efek sebuah harapan dalam mempengaruhi kenyataan hidup saat ini.
ketika gue memiliki harapan yang besar, itu akan menjadi satu motivasi gue untuk melakukan sesutu yang lebih dan lebih.


terus gimana dengan berharap?
kalo dilihat sepintas, sepertinya sama.
tapi sadar ga, kalo nyatanya berharap lebih sering buat orang kecewa, sakit hati bahkan putus asa ketika sesuatu yang diharapkannya ga bisa diwujudin.
bahkan dengan berharap, kadang sesuatu yang tadinya berdasarkan ketulusan bisa berubah menjadi obsesi tanpa arah.
intinya sih, kalo kita berharap, itu tandanya kita masih mengaharapkan imbalan.
contoh; lo berharap seseorang yang lo suka bisa jadi pacar lo, maka lo akan berbuat apapun untuk menraik hati calon pasangan lo itu. atau contoh lainnya lo belajar bener-bener kalo dikasih hadiah sama papa. itu semua karna berharap untuk mendapatkan sesuatu atas apa yang lo udah lakuin.
atau lo melakukan sesutu karna lo berharap akan mendapatkn satu hadiah manis nantinya.
bukan berdasarkan dari ketulusan yang murni timbul dari hati dan diri lo.
lalu dimana ketulusan dan keikhlahsannya? kalo yang menjadi acuan hanya "hadiah"nya aja.

lalu gimana dengan harapan?
menurut gue harapan jauh lebiih tulus.
karna harapan merupakan energi pikiran yang mungkin berakar dari cinta.
harapan itu timbulnya dari hati, sehingga apapun rintangan atau masalah yang dihadapi nantinya, kita bisa bertahan walau hanya dengan satu harapan walaupun itu sulit dilewati.
kadang harapan bisa menjadi gambaran buat masa depan. kenapa?
karna ketika memiliki satu harapan yang diyakini dengan sunggguh-sugguh, maka semua orang bisa menggapai harapan itu dengan cara terbaiknya.
untuk menggapai harapannya, maka satu keihkhlasan, ketulusan, dan usaha dengan hati lah yang nantii akan menjadi pemenangnya.
yakin deh, bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan hati serta kebaikan akan membawa hidup diujung keindahan dan kebahagian.
gue yakin banget sama hal itu!
dan ber-harap? gue rasa itu ngga lebih dari ego yang cenderung mementingkan diri sendiri.
"gue berharap untuk........agar........" semua orang bebas untuk berharap dan membesarkan ego masing-masing.

dan gue rasa, sebetulnya kita udah diajarkan untuk memiliki harapan bukan berharap dari waktu kecil.
seperti; "gantungkan cita-citamu setinggi langit". cita-cita merupakan harapan.
kita diajarkan untuk meraih harapan, bukan hanya sekedar berharap.

intinya; ketika kita menaruh harapan yang sangat besar, maka kita aka memohon dengan sepenuh hati. dan percayalah Tuhan akan mengabulkan doa setiap hamba-Nya yang penuh dengan ketulusan asalkan kita sokong dengan tindakan dan usaha keras dengan penuh keyakinan. maka niscaya harapan-harapan itu akan bisa terkabulkan :)

jadi pilih memiliki harapan atau hanya berharap?
semua ada ditangan kalian. :)


2 comments:

Unknown said...

Nice ..
Pernahkah terlintas oleh anda tentang harapan mereka dan kenapa mereka berhenti berharap?

Vicky Kakashi said...

ouw ... vi ... jelas sekali perkataanmu ? terimakasih ya adik virnandha... kk malah g pernah terpikir hal dlm tulisan ini... kk senang sekali bacanya.